Senin, 02 Agustus 2010

Untuk Apa Saya Melakukan ini ?


Assalamu’aliakum wr.wb
Shahabatku yang baik. Semoga Cinta dan Kasih Sayang Allah selalu dapat kita rasakan dengan penuh kesyukuran. Yaitu melalui kerja dan aktivitas kita dihiasi cinta. Sehingga setiap detik yang terus meninggalkan kita, menjadi bukti catatan amal bagi kita kelak, saat Allah membagikan kitab amalan kita masing-masing diyaumil qiyamah.

Dikisahkan adalah seorang murid yang sedang berusaha terus mendekatkan dirinya kepada Allah. Aktivitas nya sehari-hari bekerja sebagai staf perusahaan yang bergerak dibidang jasa. Dia diamanahi pada posisi penanggung jawab, produk development perusahaan tersebut. Dalam perjalanan menggapai Ridho ilahi. Sang murid merenung dan sering melakukan kontemplasi, Apakah yang dia kerjakan sudah diridhoi oleh Allah?


Sementara, dibawah pohon yang rindang itu. Duduklah seorang murid dengan sebuah buku Terapi Ma’rifat bersamanya. Buku itu adalah buku wajib bacaan baginya selama belajar dan berguru dengan gurunya.Halaman demi halaman dia baca. Setiap kata demi kata dia telaah dan cerna maknanya. Kalimat demi kalimat, dia analisa lebih mendalam, bila ada hal yang tidak dia fahami, maka dia tandai untuk disyarah bersama guru nya.

Dalam penelaahannya, sang murid duduk merenung. Karena tanpa dia sadari, saat dia mengunyah susunan kalimat dari Ibnu Athailah itu, fikirannya melayang, terbang dengan imajinasi dan tadabur diri. Tiba-tiba saja dia terfikir dengan aktivitas (kerjaan) yang sedang dia lakukan. Sehingga hadirlah pertanyaan ”Untuk Apa aku melakukan ini?”

Sang murid sadar, Sebaik-baiknya keinginan adalah kemauan dan keinginan bersama dengan kehadirat Allah. Yaitu Sesuai dengan kemauan Allah. Lantas dia berfikir dan bertanya kepada dirinya. Apakah yang aku lakukan ini sesuai dengan keinginan Allah ?

Semakin dia berusaha menjawab, semakin kuat pula pertanyaan itu menyapanya.”Apakah benar, aku melakukan ini semata-mata untuk Allah (mengharap ridho Allah) sehingga bernilai Ibadah?”. Tergambarkan dengan jelas dalam fikirannya, bentuk tulisan penawaran jasanya kepada orang-orang sekitarnya. Tulisan yang sangat jelas ukiran huruf dan  warnanya adalah :”Mengapa Anda harus membeli jasa yang saya tawarkan?”

Sayup-sayup angin sepoi-sepoi menyentuh tubuhnya. Sang murid bertanya kembali dengan apa yang dia janjikan dalam penawarannya. Mengapa Anda harus membeli jasa saya? Bila disana tertuliskan,”Agar Anda bahagia”. Dia bertanya pada dirinya, sudahkah aku bahagia? Agar hidup Anda bermakna. Sudahkah hidupku ini bermakna? Agar Anda lebih dekat dengan Allah. Sudahkah aku dekat dengan Sang Maha Kasih? Agar Anda punya prinsip hidup. Sudahkah aku berprinsip?

Suara datar masuk kesukma, terdengar kembali oleh nya. Nasehat bijak dari Sang Guru.
”Bagaimana mungkin kamu jadi Muslih, sementara kamu belum shalih. Bagaimana kamu bisa jadi murabbi, sementara kamu belum mutarabbi. Bagaimana mungkin engkau menjadi Mu’allim, sementara kamu belum ’Alim?”

Sambil merebahkan badannya dipokok pohon rindang itu. Sang murid terus mencari dan mencari tau kesungguhan niatnya. Karena kayu yang masih hidup itu, merindangi orang-orang yang berada dibawahnya. Dan angin membelai dengan penuh kelembutan, sang muridpun tenggelam dalam tidur bersama renungannya ”Untuk Apa aku melakukan ini? Apa sungguh karena mengharap ridha Allah, ataukah nafsuku saja?”

Jakarta 28 Juli 2010

Label:


Komentar: Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]





<< Beranda

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Berlangganan Postingan [Atom]