Kamis, 10 Juni 2010

Wallahu Sami'ul Bashir


Assalamu’alaikum wr.wb
Shahabat saya yang di Cintai oleh Allah. Dimana Setiap doa yang dipanjatkan untuk kebaikan-kebaikan dirinya demi kebahagiaan diri serta membawa kebaikan buat  manusia. Selalu Allah kabulkan. Amin.

Kemarin tatkala saya melakukan aktivitas dipagi hari sebelum berangkat ketempat saya berusaha dan mengembangkan kualitas prima dalam diri saya. Terbesit dalam diri saya kalimat kalam ilahi ”Wallahu sami’ul bashir” (Sungguh Allah Maha Mendengar dan Melihat).

Mungkin bagi Anda yang pernah membaca Al-Quran atau bahkan mendengar lantunannya. Tidak asing kalimat itu berulang-ulang dan biasa saja. Persis seperti saya dulu. Bagi saya kalimah itu sudah saya dengar semenjak saya kecil dan membaca nya.

Kemarin pagi, kalimah itu kembali terdengar, tetapi dengan makna yang berbeda. Perbedaan itu akibat dari perbandingan pemahaman makna dulu dengan sekarang. Kalau dulu, saya memahami Maha mendengar dan Maha melihat itu adalah kemilikan Allah semata. Maksudnya, apapun yang kita katakan dan kita perbuat, Allah mengetahui dan mendengar, sampai terbesit dalam hati dan fikiran kitapun, Allah sungguh mendengar dan melihatnya. Sehingga makna itu biasa saja (lumrah bagi Allah / tidak ada keraguan bagi Nya) serta saya Yakini.

Perbedaan saat ini, kalimat itu (mendengar dan melihat), saya asosiasikan kepada diri saya (Bukanlah saya bisa melihat atau mendengar segala nya). Tetapi, selama ini ternyata ada maksud dan pembelajaran yang terlewati. Apa rahasia dibalik peletakan kata ”Sami’” (Mendengar) terlebih dahulu, baru kemudian ”Bashir” (melihat) dalam Al-Quran.

Sementara kalau kita amati secara anatomi. Telinga Allah ciptakan pada posisi kiri dan kanan. Sehingga, suara-suara (informasi) baik depan-belakang, atas-bawah mampu tercapai dengan baik. Bayangkan kalau telinga berada pada posisi mata?

Kemudian, Sebagaimana kita tau bersama, bila seseorang bermasalah dengan pendengarannya, pasti keseimbangan tubuhnya terganggu. Setelah itu, dalam hal komunikasi (dalam konteks apapun), kejelasan statemen (pendapat) baru kita peroleh informasi yang lengkap, setelah adanya kelengkapan informasi melalui auditory. (Menyimak dan mendengar dengan seksama).

Setelah rasa penasaran muncul terhadap ayat ini, ada pengalaman menarik yang saya alami. Satu persatu Allah kuatkan keSADARan saya dengan bukti-bukti kauniah. Saya meyakini ini bukan sebagai kebetulan, melainkan karena fokus kesadaran yang terpusatkan pada lingkungan sekitar.

Adalah salah satu milist yang saya ikuti. Seorang member Pak Harry Uncomon namanya, beliau sharing pengalamannya (tentang power of liestening, merupakan komentar dan tambahan dari artikel Pak Yasir) dengan sales kartu kredit sebuah bank swasta. Inti sharing pak Harry adalah sales tersebut tidak mendengarkan kemauan dan apa yang telah pak Harry sampaikan sebelumnya, melainkan asyik dengan penjelasannya. Apalagi, maunya sales itu, orang yang dia telf (Pak Harry) mendengarkannya. Hasilnya apa? Ya, sales itu berhasil melakukan closing tanpa ada tranksaksi, kecuali ucapan terima kasih atas penawarannya.

Kemudian saya baca buku ”Mengikat Makna” karya pak Hernowo. Dibuku itu pak Hernowo sharing akan kekuatan mendengar, dan hubungannya dengan menulis. Beliau cerita, dulu pernah ikut latihan menyanyi syair-syair para sufi. Menurut beliau, latihannya lumayan menyulitkan (karena belum tau caranya). Kemudian mentor pak Hernowo menyampaikan ”Dengarkanlah lagu itu dengan penuh ketenangan, hingga suara itu masuk kedalam batinmu. Setelah itu, dengarkan suara-suara yang ada dalam dirimu, dan keluarkanlah suara itu melalui lantunan suara indahmu”. Pak Her pun melakukannya. Hasilnya sangat memuaskan, Pak Hernowo menganggap, itulah pertama kalinya, nyanyian beliau menyatu dengan suara penyanyi sufi.

Beliau melanjutkan, dalam menulis juga demikian. Dengarkan setiap suara-suara pada sekeliling kita. Apapun yang terdengar. Kemudian, masukan ia kedalam jiwa kita. Setelah itu, dengarkan kembali suara-suara didalam diri. Langkah selengkapnya adalah tuangkan ia dalam tulisan. (kiat mudah menulis). (Mungkin suara-suara dalam diri, banyak kita abaikan selama ini ya? Padahal setiap hari, ada 60.000 kata-kata melintas dikepala kita. Dan kalau kita tuangkan kedalam tulisan, sudah jadi berapa halaman perhari ?)

Bahkan, saat anda membaca note ini, anda mendengar suara bacaan suara anda sendirikan? Dalam proses belajar memahami diri sendiri, intrspeksi, kontemplasi atau renungan (Self Awarness) pun juga demikian. Mendengar akan lebih mengetarkan rasa. Sehingga kepekaan terhadap titik atau point yang kita fokuskanpun, semakin terasa dan terSADARi. Bukankah saat konflik batin, sebenarnya kita sedang mendengar kata-kata mana yang mau kita ikuti?
Jadi, sekarang apa yang sedang kita dengar?

Jakarta 7 juni 2010

Label:


Komentar: Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]





<< Beranda

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Berlangganan Postingan [Atom]