Assalamu’alaikum wr.wb
Semoga surat elektronik ini menyapa shahabat penuh dalam damai, Cinta dan Kasih Sayang. Sehingga ia menjadi pengikat tali silaturahim antara kita bersama. Saya mendoakan, mudah-mudahan, shahabat yang saat ini gundah, sedih, kecewa, marah dan sakit hatinya. Segera Allah rubah dengan Kasih Sayang Ar-Rahman Ar-Rahim, menjadi kebahagiaan yang amat mengagumkan.
Sebelum saya melanjutkan note ini. Terlebih dahulu, ingin saya perjelas, makna kata EGOIS yang saya maksud. Egois (perasaan enggan, gengsi, berat hati, tidak mau untuk memulai atau mendahului komunikasi, dengan seseorang. Karena menganggap, dia duluan yang harus memulai, dan hanya memikirkan diri sendiri, tanpa melihat dari sudut pandang orang lain, atas sikap dan perilaku yang diputuskan).
Nah, sekarang anda sudah fahamkan? Maksud yang akan saya sharingkan ”Menaklukkan EGOIS” ini. Saya tidak tau, apakah anda pernah mengalami perasaan seperti akan saya sharingkan. Atau, mungkin anda sedang mengalaminya saat ini. Bahkan mungkin Andalah yang menjadi objeknya (yang diegoiskan). Khusus yang menjadi diegoiskan, saya tidak membahasnya disini.
Seminggu yang lalu, terjadi suatu peristiwa dalam diri saya, sehingga menyebabkan saya memutuskan untuk bersikap, yang menurut teman saya, saya ini EGOIS. Saat itu, yang terbesit dalam diri saya adalah ”itukan pandangannya”. Sementara menurut saya, sikap yang saya PILIH itulah yang terbaik dan benar. Saya menyadari, keputusan itu hadir karena rasa marah dalam diri saya. Tentu ini menguatkan EGOIS tadi.
Akan tetapi, selama melewati hari yang dipenuhi rasa amarah dan egois itu. Saya menyadari ada yang tidak tepat, cocok, sesuai dan pas, antara fikiran dengan tubuh saya. Kok tubuh saya terasa tertekan, gelisah, dan gundah. Kemudian, sang tubuh menunjukkan penolakannya, berupa rasa senutan dikepala dan hati terasa tertusuk. Hidung pun jadi pilek. Efek dari fikiran (rasa marah) saya.
Shahabat yang baik. Saya akan sharingkan bagaimana proses saya menaklukkan EGOIS dalam diri saya. Mungkin ini bermanfaat bagi anda yang saat ini mengalaminya. Alhamdulilah, tips Mind-Therapy dibawah ini. Telah berhasil mendamaikan diri saya. Tentu saat saya tuliskan ini, saya sudah berkomunikasi kembali dengan orang itu.
Pasti anda sudah siap untuk membacanya kan? Pada saat proses melakukan tips ini, Anda boleh sambil duduk bersila, tidur, berdiri, dan sebagainya. Yang penting membuat anda merasa nyaman dan aman.
- Berdoa kepada Allah, agar dimudahkan usaha (ikhtiar) yang kita lakukan.
- Terima kejadian yang telah kita alami, sebagai bagian dari kehidupan. (Maksudnya, bila Anda merasa marah, maka biarkanlah marah itu hadir, bila kecewa biarkan ia muncul.pasrahkan kepada Allah).
- Ketahuilah, didaerah mana tepatnya rasa yang muncul itu. Atau bahasa saya adalah, bagian yang betanggung jawab dengan rasa EGO itu.
- Setelah menemukannya, Ketahui, apa yang dinginkan oleh perasaan kita selanjutnya. Bila dia ingin marah, terus tanyakan pada rasa yang muncul itu ”Setelah marah, maumu apalagi?”, bila dia kecewa, tanyakan pada bagian itu, ”terus apalagi?” (Dari sini saya menemukan jawaban dalam diri berupa anjuran, supaya saya tidak berkomunikasi lagi denganya, karena dengan begitu saya menjadi tenang). Perlu shahabat ketahui, bentuk jawaban itu setiap orang berbeda-beda, bisa berupa suara (A), mungkin berbentuk penglihatan (V) atau bahkan rasa saja (K). Nah, kalau contoh case saya adalah berupa suara (A).
Kemudian saya ikuti keinginan bagian yang bertanggung jawab dalam diri saya itu, yaitu tidak berkomunikasi untuk sementara waktu. Setelah saya putuskan untuk tidak berkomunikasi. Tetap saja perasaan tidak tenang, masih terasa dalam diri saya, seperti benci dan marah. Maka untuk menenangkan rasa marah dan benci itu, saya menenangkannya dengan cara; melakukan meditasi minimal satu jam satu hari, (Yang saya lakukan, setiap selesai shalat 10 menit, dan sebelum tidur 10 menit). Meditasi berupa ;
- Menyadari setiap nafas masuk dan keluar.(Tarikan nafas masuk dzikir lafaz ”Allah & terkadang Lailahaillallah”, begitupula nafas keluar ”Lailahaillallah”)
- Fokuskan diri (menyadari nafas masuk dan keluar) untuk terus berdzikir dalam aktivitas apapun.
Alhamdulillah menyadari nafas masuk dan keluar, sambil menyadarinya dengan dzikir, semakin hari semakin membuat saya lebih tenang, damai dan bahagia. Proses ini terus saya lakukan hingga saat ini.
Setelah saya merasa tenang (pada hari ke 3 tidak berkomunikasi). Saya memutuskan untuk membangun kembali komunikasi dengan nya. Tetapi, EGO tetap masih ada. EGO ini bunyinya terdengar ”Kamu sekarang kan sudah tenang, damai dan bahagia. Jadi tidak perlu lagilah berkomunikasi dengannya”. (Saya sadar, ini tidak boleh ditolerir dan diikuti, karena bisa memutuskan silaturahim). Nah, cara yang saya lakukan untuk mengalahkan / menaklukkan bunyi atau suara itu adalah dengan meciptakan program BELIEF dan VALUE yang lebih besar darinya, sesuai dengan VALUE saya:
Memutuskan silaturahim sama halnya menutup pintu rezeki dan menghilangkan keberkahannya.
Syukur Alhamdulillah, setelah saya instal BELIEF tadi, suara yang menyebabkan muncul nya EGO tidak berkomunikasi, langsung lenyap. Bahkan, menumbuhkan rasa untuk segera menyambung kembali silaturahim dengan shahabat saya itu. Kemudian saya ambil HP saya, saya buka phonebook dan memcent call dengan nya. Alhamdulillah kini, pershahabat saya dengan nya, kembali seperti semula lagi...
Jakarta 23 juni 2010.
(A) Auditory, (V) Visual, (K) Kinesthetic
Label: Mind-Therapy
# diposting oleh Rahmadsyah Trainer Public Speaking : Rabu, Juni 30, 2010