(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS;Ali-Imran ; 191)
Senin, 31 Mei 2010
I am not Motivator
Assalamu'alaikum wr.wb
Shahabatku yang baik. Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat dan mendapatkan kemudahan-kemudahan dari Allah. Sehingga apa yang telah kita janjikan kepada diri sendiri, terlaksana layaknya kisah novel berjalan indah. Namun itu semua kita sadari, bahwa hanya karena bantuan Allah, apa yang kita usahakan berhasil dan sesuai doa kita.
”I am not Motivator”. Mungkin ada pertanyaan hadir, maksudnya apa? Atau, kalau bukan sebagai motivator, terus apa? Note ini saya persembahkan untuk diri saya sendiri. Bila mungkin cocok dan bermanfaat, saya persembahkan juga Kepada shahabat muda, yang usianya seperti saya saat ini. Memiliki keinginan sebagai publik speaker, terutama ingin ”menggelari diri” sebagai Motivator.
Hari ini saya sadari. Ternyata ada kekeliruan pemikiran, pemahaman dan penyikapan dalam diri saya, terhadap nama, profesi atau panggilan Motivator. Saya benar-benar telah salah kaprah. (semoga kekeliruan ini, tidak terulang lagi kepada shahabat muda yang memiliki cita-cita mulia ini). Oh ya? Betul. Saya telah menyikapi dengan amat keliru.
Dulu pernah seorang Coach bertanya. ”Apa yang mendasarimu menjadi Motivator?” Disaat itu memang,yang membuat saya ingin menjadi pembicara yang bisa memotivasi, karena saya merasakan semangat dan gairah yang luar biasa dalam diri saya, setelah mengikuti training motivasi. Dalam benak saya ”Pantasan orang-orang dijakarta memiliki semangat hidup, karena ada kegiatan seminar / pelatihan yang membangkitkan gairah, semangat dan penuh inspirasi. Sementara selama saya di Aceh, saya belum pernah mendapatkan hal demikian. Oleh karena itu, saya mau menjadi Motivator”.
Selain itu, saya dulu juga melihat kehidupan para motivator (guru-guru dan senior). Menjalani hidup yang menggiurkan dalam hal financial (anggapan saya sepeti itu dulunya). Dikenal oleh banyak orang. Jalan-jalan keluar kota, bahkan luar negeri. Itupun membuat saya semakin mau menjadi motivator.(Keliru#1kurang jelas misi Sehingga menjadi bohong kepada diri yaitu; selama ini kalau ditanya mengapa mau menjadi motivator, Jawaban yang saya berikan terkesan sangat mulia ”Mau membantu orang lain agar mendapatkan hidup yang lebih baik”).
Selanjutnya saya pun mulai melakukan apa yang saya baca dibuku-buku motivasi, bagaimana mendapatkan apa yang kita mau. Pemberanian diripun terjadi dengan menuliskan ”Motivator” Sebagai profesi saya. Kebenaran saat itu, saya memiliki cara pandang instant dalam diri. Itulah kenyataannya, dengan menganggap cukup menggunakan ilmu ATM, Amati, Tiru dan Modifikasi. Jadilah Motivator instant. Padahal diindonesia Cuma 2 hal yang instant; susu instan dan Mie instan he...he...(Keliru#2. Menggampangkan dan mengaharapkan cara-cara / proses mudah/instant).
Shahabat Motivator muda, itulah kekeliruan saya. Yaitu MINDSET Terlalu menggampangkan, menganggap mudah, bahkan hidup tenang serta menjadi dikenal banyak orang, bila menjadi motivator. Guru saya pernah mengingatkan ”Ketahuilah, dalam konteks profesi. Kamu sesungguhnya bukanlah apa yang kau kenalkan (mengenalkan diri), tetapi dirimu sebenarnya adalah karena dikenalkan (dikenal)”. Ini bukan persoalan salah ataupun benar. Tetapi lebih kepada cara pandang dan Attitude yang melekat pada profesi tersebut.
Sementara itu, yang membuat saya sadar siapa diri saya sesungguhnya, setelah mendapatkan penjelasan dari bapak Rhenal Kasali ”Who is Motivator?”. Penjelasan beliau sangat menyentil diri saya, sehingga sekarang saya sadar, belum pantas mengelari diri sebagai Motivator. Karena menurut beliau seseorang bisa dikatakan motivator bila :
Tempaan sejarah hidup.
Sejarah hidup yang telah dia lalui, memberikan inspirasi dan semangat bagi orang lain. Proses perjalanan yang dia lalui membuat orang termotivasi. Yaitu melalui proses cerita dan materi yang disampaikan, merupakan sejarah real kehidupan nyata yang dia lalui. (Walk to talk)
Bingkai ilmu.
Tapi sangat naif juga, sejarah yang telah dilalui, kemudian cara-cara itu diaplikasikan juga untuk orang lain. Sementara setiap kita berbeda. Walaupun esensinya adalah sama. Bingkai ilmu yang dimaksud adalah knowlegde dan skill, sehingga dengan begitu didapatlah sebuah roadmap dan desain sesuai (congruen) yang ditiupkan oleh ruh-ruh pengalaman kepada orang lain.
Dari penjelasan beliau tersebut, saya berkaca diri. Untuk saat ini belumlah pantas menyebut diri sebagai motivator. Karena masih sedikit sejarah diri yang bisa disampaikan. Tetapi, belum adanya pengalaman bukanlah alasan untuk tidak bertindak, karena semua itu bermula dari proses langkah pertama. Mungkin, perkataan pak Ronny tepat, saat ketemu beliau di Rilzt Carlton. Beliau menyebut saya sebagai Tsunami Survivor..
Akhirnya, saya yakin, apapun nama, istilah ataupun sebutan yang saya gunakan. Itu semua kembali kepada perilaku dan karakter yang melekat kepada diri. Wallahu'alam.
PEMBICARA PUBLIC SPEAKING
Yang biasa diundang oleh: Perusahaan, Kementerian, Lembaga Pemerintah, Organisasi, Yayasan, Perguruan Tinggi, Kampus, Sekolah, Paguyuban, Perkumpulan, Komunitas, Rumah sakit, NGO, Kelompok, Startup, UMKM, Group, MLM, Asuransi, LSM, dan Perorangan untuk memberikan pelatihan public speaking kepada para staf dan pimpinan.
PEMATERI PUBLIC SPEAKING
Untuk tema dan topik: Presentation Skill, Public Speaking Untuk Bisnis Presentasi, Public Speaking Untuk Sambutan, Public Speaking Untuk Mengajar, Public Speaking Untuk Laporan, Public Speaking Untuk Komunikasi Bisnis, Public Speaking Untuk Moderator, Public Speaking Untuk MC, Public Speaking Untuk Host, Public Speaking Untuk Sosialisasi, Public Speaking Untuk Lomba, Public Speaking Untuk Lomba Duta Perusahaan, Public Speaking Untuk Memimpin Rapat, Public Speaking Untuk Kampanye, dan Public Speaking Untuk Trainer.
NARASUMBER PUBLIC SPEAKING
Untuk Pemerintahan: ESDM, Keuangan, Pendidikan dan Kebudayaan, Kelautan dan Perikanan, Pariwisata dan Ekonomi, Komunikasi dan Informasi, Hukum dan HAM, Mabes Polri, Pemda Jawa Barat, Dirjen Pajak, Bea dan Cukai, BKKBN, BPOM, dll.